Seven Transformation Pack 2.0 : Ubah ke windows 7: "Seven Transformation Pack 2.0 akan mengubah tampilan windows xp dan windows vista anda secara total menjadi windows 7 dengan menginstal windows 7 theme, icon, boot screen, login screen, suara dan yang lainnya. Bahkan semua orang akan mengira windows anda adalah windows 7. Seven Transformation Pack 2.0 merupakan windows 7 transformation pack yang sangat menarik dan brilian.
Dengan Seven Transformation Pack 2.0 anda akan yang memakai windows xp dan windows vista akan memiliki tampilan sistem operasi windows 7 yang merupakan windows versi terbaru dari microsoft.
Download software Seven Transformation Pack 2.0 gratis di link di bawah ini : http://051e42e3.realfiles.net http://4ebabcec.seriousfiles.com http://23a408d7.thesefiles.com http://eae3e0ce.linkseer.net http://4e7de2b0.linkgalleries.net
Author: Pramandha Sosiawan Nugroho
| Posted at: 11/18/2009 10:19:00 PM |
Filed Under: I LOVE ISLAM
|
Cara membuka Majelis :
1.Basmallah.(Bismilah)
2."Assalamu'alaikum Wr. Wb."
3.Marilah kita buka majelis ini dengan mengucap lafadz Basmallah.
4.Selanjutnya tilawah qur'an dan sari tilawahnya yang akan dibacakan oleh ..... dan .....
5.Alhamdulillah kita telah mendengarkan tilawah qur'an. Semoga bagi yang membaca dan mendengarkan mendapat pahala dari ALLAH SWT.
6.Selanjutnya materi yang akan dibawakan oleh ..... tentang ..... kepadanya dipersilahkan.
Cara menutup Majelis :
1.Alhamdulillah, kita telah menjalankan majelis ini dengan baik. Semoga dari segala yang disampaikan, dapat kita ambil hikmahnya.
2.Marilah kita tutup majelis ini dengan mengucap lafadz "Hamdallah, Istighfar 3x, dan Do'a penutup majelis.
"Subhanakallahumma wabihamdika Asyhadu anlaa ilaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaihi"
Artinya:
“Maha suci Engkau yaa Allah aku memujiMU aku bersaksi tiada Tuhan yang berhak diibadahi melainkan Engaku, aku minta ampun dan bertaubat kepadaMu”
Ki Hadjar Dewantara Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Raden Mas Soewardi Soerjaningrat (EYD: Suwardi Suryaningrat, sejak 1922 menjadi Ki Hadjar Dewantara, EYD: Ki Hajar Dewantara, beberapa menuliskan bunyi bahasa Jawanya dengan Ki Hajar Dewantoro; lahir di Yogyakarta, 2 Mei 1889 – meninggal di Yogyakarta, 26 April 1959 pada umur 69 tahun[1]; selanjutnya disingkat sebagai "Soewardi" atau "KHD") adalah aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis, politisi, dan pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia dari zaman penjajahan Belanda. Ia adalah pendiri Perguruan Taman Siswa, suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi para pribumi jelata untuk bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi maupun orang-orang Belanda.
Tanggal kelahirannya sekarang diperingati di Indonesia sebagai Hari Pendidikan Nasional. Bagian dari semboyan ciptaannya, tut wuri handayani, menjadi slogan Departemen Pendidikan Nasional. Namanya diabadikan sebagai salah sebuah nama kapal perang Indonesia, KRI Ki Hajar Dewantara. Potret dirinya diabadikan pada uang kertas pecahan 20.000 rupiah.
Masa muda dan awal karier
Soewardi berasal dari lingkungan keluarga Keraton Yogyakarta. Ia menamatkan pendidikan dasar di ELS (Sekolah Dasar Eropa/Belanda). Kemudian sempat melanjut ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera), tapi tidak sampai tamat karena sakit. Kemudian ia bekerja sebagai penulis dan wartawan di beberapa surat kabar antara lain Sediotomo, Midden Java, De Expres, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara. Pada masanya, ia tergolong penulis handal. Tulisan-tulisannya komunikatif dan tajam dengan semangat antikolonial.
Aktivitas pergerakan
Selain ulet sebagai seorang wartawan muda, ia juga aktif dalam organisasi sosial dan politik. Sejak berdirinya Boedi Oetomo (BO) tahun 1908, ia aktif di seksi propaganda untuk menyosialisasikan dan menggugah kesadaran masyarakat Indonesia (terutama Jawa) pada waktu itu mengenai pentingnya persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara. Kongres pertama BO di Yogyakarta juga diorganisasi olehnya.
Soewardi muda juga menjadi anggota organisasi Insulinde, suatu organisasi multietnik yang didominasi kaum Indo yang memperjuangkan pemerintahan sendiri di Hindia Belanda, atas pengaruh Ernest Douwes Dekker (DD). Ketika kemudian DD mendirikan Indische Partij, Soewardi diajaknya pula.
Als ik eens Nederlander was
Sewaktu pemerintah Hindia Belanda berniat mengumpulkan sumbangan dari warga, termasuk pribumi, untuk perayaan kemerdekaan Belanda dari Perancis pada tahun 1913, timbul reaksi kritis dari kalangan nasionalis, termasuk Soewardi. Ia kemudian menulis "Een voor Allen maar Ook Allen voor Een" atau "Satu untuk Semua, tetapi Semua untuk Satu Juga". Namun kolom KHD yang paling terkenal adalah "Seandainya Aku Seorang Belanda" (judul asli: "Als ik eens Nederlander was"), dimuat dalam surat kabar De Expres pimpinan DD, tahun 1913. Isi artikel ini terasa pedas sekali di kalangan pejabat Hindia Belanda. Kutipan tulisan tersebut antara lain sebagai berikut.
"Sekiranya aku seorang Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan di negeri yang telah kita rampas sendiri kemerdekaannya. Sejajar dengan jalan pikiran itu, bukan saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh si inlander memberikan sumbangan untuk dana perayaan itu. Ide untuk menyelenggaraan perayaan itu saja sudah menghina mereka, dan sekarang kita keruk pula kantongnya. Ayo teruskan saja penghinaan lahir dan batin itu! Kalau aku seorang Belanda, hal yang terutama menyinggung perasaanku dan kawan-kawan sebangsaku ialah kenyataan bahwa inlander diharuskan ikut mengongkosi suatu kegiatan yang tidak ada kepentingan sedikit pun baginya".
Beberapa pejabat Belanda menyangsikan tulisan ini asli dibuat oleh Soewardi sendiri karena gaya bahasanya yang berbeda dari tulisan-tulisannya sebelum ini. Kalaupun benar ia yang menulis, mereka menganggap DD berperan dalam memanas-manasi Soewardi untuk menulis dengan gaya demikian.
Akibat tulisan ini ia ditangkap atas persetujuan Gubernur Jenderal Idenburg dan akan diasingkan ke Pulau Bangka (atas permintaan sendiri). Namun demikian kedua rekannya, DD dan Tjipto Mangoenkoesoemo, memprotes dan akhirnya mereka bertiga diasingkan ke Belanda (1913). Ketiga tokoh ini dikenal sebagai "Tiga Serangkai". Soewardi kala itu baru berusia 24 tahun.
Dalam pengasingan
Dalam pengasingan di Belanda, Soewardi aktif dalam organisasi para pelajar asal Indonesia, Indische Vereeniging (Perhimpunan Hindia).
Di sinilah ia kemudian merintis cita-citanya memajukan kaum pribumi dengan belajar ilmu pendidikan hingga memperoleh Europeesche Akte, suatu ijazah pendidikan yang bergengsi yang kelak menjadi pijakan dalam mendirikan lembaga pendidikan yang didirikannya. Dalam studinya ini Soewardi terpikat pada ide-ide sejumlah tokoh pendidikan Barat, seperti Froebel dan Montessori, serta pergerakan pendidikan India, Santiniketan, oleh keluarga Tagore. Pengaruh-pengaruh inilah yang mendasarinya dalam mengembangkan sistem pendidikannya sendiri. Taman Siswa
Soewardi kembali ke Indonesia pada bulan September 1919. Segera kemudian ia bergabung dalam sekolah binaan saudaranya. Pengalaman mengajar ini kemudian digunakannya untuk mengembangkan konsep mengajar bagi sekolah yang ia dirikan pada tanggal 3 Juli 1922: Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa atau Perguruan Nasional Tamansiswa. Saat ia genap berusia 40 tahun menurut hitungan penanggalan Jawa, ia mengganti namanya menjadi Ki Hadjar Dewantara. Ia tidak lagi menggunakan gelar kebangsawanan di depan namanya. Hal ini dimaksudkan supaya ia dapat bebas dekat dengan rakyat, baik secara fisik maupun jiwa.
Semboyan dalam sistem pendidikan yang dipakainya kini sangat dikenal di kalangan pendidikan Indonesia. Secara utuh, semboyan itu dalam bahasa Jawa berbunyi ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. ("di depan menjadi teladan, di tengah membangun semangat, dari belakang mendukung"). Semboyan ini masih tetap dipakai dalam dunia pendidikan rakyat Indonesia, terlebih di sekolah-sekolah Perguruan Tamansiswa. Pengabdian di masa Indonesia merdeka
Dalam kabinet pertama Republik Indonesia, KHD diangkat menjadi Menteri Pengajaran Indonesia (posnya disebut sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan) yang pertama. Pada tahun 1957 ia mendapat gelar doktor kehormatan (doctor honoris causa, Dr.H.C.) dari universitas tertua Indonesia, Universitas Gadjah Mada. Atas jasa-jasanya dalam merintis pendidikan umum, ia dinyatakan sebagai Bapak Pendidikan Nasional Indonesia dan hari kelahirannya dijadikan Hari Pendidikan Nasional (Surat Keputusan Presiden RI no. 305 tahun 1959, tanggal 28 November 1959).
Ia meninggal dunia di Yogyakarta tanggal 26 April 1959.
Tambahan 1. Ini adalah versi Perguruan Tamansiswa, tokohindonesia.com menyebutkan 28 April 1959 sebagai tanggal wafat.
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Ki_Hajar_Dewantara
Author: Pramandha Sosiawan Nugroho
| Posted at: 11/08/2009 05:04:00 AM |
Filed Under: I LOVE ISLAM
|
Oleh: KH. Dr. dr. Tarmizi Taher “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”(QS al-Qalam [68]: 4)
Bangsa ini tidak hanya ditimpa krisis ekonomi yang berkepanjangan, tapi juga ditimpa krisis akhlak. Merajalelanya kemaksiatan dan tingginya tingkat kriminalitas adalah bukti bahwa bangsa ini mengidap dekadensi moral yang akut. Parahnya, gejala ini tidak hanya menimpa masyarakat kalangan bawah, tapi juga menimpa para pemimpin bangsa dan tokoh agama. Tingginya tingkat korupsi dan kolusi, yang tidak hanya dilakukan oleh para birokrat tapi juga para tokoh agama, membuat masyarakat kehilangan panutan sehingga lahirlah krisis keteladanan. Karena itu, bangsa ini yang berpenduduk Muslim mayoritas ini perlu bercermin kepada akhlak Rasulullah Saw agar bangsa menjadi sehat dan masyarakat menjadi makmur dan sejahtera.
Indahnya Akhlak Rasulullah Saw
Rasulullah Saw dikenang hingga kini di seluruh jagad oleh miliaran manusia, bukan saja karena ajaran keagamaan yang diembannya, melainkan terutama karena kemuliaan akhlak yang dimilikinya. Ketika kaum musyrik itu melemparinya dengan kotoran unta, Rasulullah Saw membalasnya dengan doa untuk kebaikan mereka.
Dalam Hadis Riwayat Aisyah RA disebutkan, akhlak Rasulullah Saw adalah Al-Qur’an. Jadi, apa yang dipraktikkan Rasulullah SAW sehari-hari merupakan ajaran-ajaran Al-Qur’an itu sendiri dan mencirikan makna sejati Islam yang cinta damai. Keluhuran akhlak dan budi pekerti Rasulullah Saw tidak hanya diakui oleh orang yang sezaman dengannya, sampai saat ini pun banyak yang memuji keluruhan akhlak beliau, termasuk orang-orang non-Muslim. Bahkan Allah Swt menyebut beliau sebagai pemilik akhlak yang agung (QS al-Qalam [68]: 4) dan teladan yang baik (QS al-Ahzab [33]: 21). Itulah yang menjadikan Nabi Saw sebagai manusia paripurna (al-insan al-kamil).
Aisyah, “’Rasulullah Saw bukan orang yang suka berkata keji, bukan orang yang buruk perangainya, dan bukan orang yang suka berkeliaran di pasar. Bukan pula orang yang membalas kejelekan (kejahatan) dengan kejelekan, akan tetapi orang yang suka memaafkan dan melupakan kesalahan (orang lain),” (HR Ahmad).
Husain bin Ali, cucu Rasulullah Saw, menceritakan bagaimana keagungan kakeknya itu dalam sebuah riwayat, Aku bertanya kepada ayah (Ali bin Abi Thalib) tentang bagaimana Rasulullah Saw di tengah-tengah sahabatnya. Ayah berkata, Rasulullah Saw selalu menyenangkan, santai dan terbuka, mudah berkomunikasi dengan siapa pun, lemah lembut dan sopan, tidak keras dan tidak terlalu lunak, tidak pernah mencela, tidak pernah menuntut dan menggerutu, tidak mengulur waktu dan tidak tergesa-gesa. Beliau meninggalkan tiga hal yaitu riya, boros, dan sesuatu yang tidak berguna.
Rasulullah Saw juga tidak pernah mencaci seseorang dan menegur karena kesalahannya, tidak mencari kesalahan orang, tidak berbicara kecuali yang bermanfaat dan berpahala. Kalau beliau berbicara, maka yang lain diam menunduk seperti ada burung di atas kepalanya, tidak pernah disela atau dipotong pembicaraannya, membiarkan orang menyelesaikan pembicaraannya, tertawa bersama mereka yang tertawa, heran bersama orang yang heran, rajin dan sabar menghadapi orang asing yang tidak sopan, segera memberi apa-apa yang diperlukan orang yang tertimpa kesusahan, tidak menerima pujian kecuali dari yang pernah dipuji olehnya. (HR Tirmidzi).
Nabi Muhammad Saw juga terkenal suka memuji sahabatnya. Kalau kita baca kitab-kitab hadis, kita akan kebingungan menentukan siapa di antara para sahabat yang paling utama. Terhadap Abu Bakar, Rasulullah Saw selalu memujinya. Abu Bakarlah yang diminta menjadi Imam shalat ketika Rasulullah Saw sakit parah. Tentang Umar, Rasulullah Saw pernah berkata, “Setan saja takut dengan Umar, bila Umar lewat jalan yang satu, maka setan lewat jalan yang lain.” Dalam riwayat lain disebutkan, “Nabi Muhammad Saw mimpi meminum susu. Belum habis satu gelas, Nabi Saw memberikannya pada Umar bin Khattab dan ia meminumnya sampai habis. Para sahabat bertanya, Ya Rasulullah, apa maksud (ta’wil) mimpimu itu? Rasulullah Saw menjawab “ilmu pengetahuan”.
Memperbaiki Akhlak
Keluhuran akhlak Nabi Muhammad Saw yang disebutkan di atas sudah cukup membuatnya pantas diidolakan sepanjang masa. Apalagi bagi umat Islam. Dalam Al-Quran, ada perintah bagi orang yang mengharapkan rahmat Allah Swt dan menunggu datangnya hari kiamat untuk meneladani tingkah laku beliau (QS al-Ahzab [33]: 21). Lebih jauh lagi dalam sebuah hadits dinyatakan bahwa mencintai Rasulullah Saw adalah wajib. Nabi Saw bersabda, “tidak sempurna iman seseorang sebelum aku lebih dicintainya dari keluarganya, hartanya dan semua orang,” (HR Bukhari-Muslim).
Umat Islam, jika ditanya apakah mereka mencintai dan mengidolakan Nabi Muhammad Saw pasti akan menjawab “ya”. Tapi benarkah umat Islam mencintai dan mengidolakan beliau? Bukankah sang pencinta akan berbuat sesuai keinginan yang dicintai! Tapi kenapa akhlak umat Islam saat ini jauh dari nilai-nilai yang diajarkan Rasulullah Saw? Jika umat Islam mengidolakan Rasulullah Saw, kenapa perbuatan mereka berseberangan dengan tingkah laku beliau?
Rasulullah memerintah kita untuk bersatu, tapi kita malah bercerai berai. Tidak hanya berbecerai-berai, kita malah “gontok-gontokan” sesama kita sendiri. Satu kelompok menyatakan dirinya lebih Islami daripada kelompok lain. Bahkan ada yang menyatakan mereka yang di luar kelompoknya sebagai “kafir” dan musuh.
Rasulullah adalah seorang yang lemah lembut dan sopan, tapi kita menampilkan wajah yang garang nan sangar. Rasulullah Saw adalah orang pemaaf, tapi kita malah menjadi umat yang sering marah-marah. Bukankah ini bertentangan secara diametral dengan akhlak Rasulullah Saw!
Para pemimpin umat dan para ulama pun didapati gejala serupa. Para pemimpin sibuk mempertahankan kekuasaan dengan berbagai cara daripada memikirkan kepentingan umat. Bersilat lidah dan bermain-main dengan kebohongan bukanlah hal yang baru bagi mereka. Sementara para ulama yang kritis atas perilaku pemimpin umat bisa dihitung dengan jari. Banyak dari mereka malah ikut menceburkan diri dalam euforia politik praktis. Menjadi “kutu loncat” dari satu partai ke partai lain atau membentuk partai baru bila ambisinya tidak terakomodir adalah hal yang biasa. Bukankah semua ini menunjukkan bahwa cinta umat Islam kepada Rasulullah Saw baru sebatas bibir belaka.
Menurut Imam al-Ghazali, akhlak bisa diubah dan diperbaiki, karena jiwa manusia diciptakan sempurna atau lebih tepatnya dalam proses menjadi sempurna. Oleh sebab itu, ia selalu terbuka dan mampu menerima usaha pembaruan serta perbaikan.
Ibnu Maskawaih, dalam buku Tahdzub al-Akhlaq mengusulkan metode perbaikan akhlak melalui lima cara. Pertama, mencari teman yang baik. Banyak orang terlibat tindak kejahatan karena faktor pertemanan. Kedua, olah pikir. Kegiatan ini perlu untuk kesehatan jiwa, sama dengan olahraga untuk kesehatan tubuh. Ketiga, menjaga kesucian kehormatan diri dengan tidak mengikuti dorongan nafsu. Keempat, menjaga konsistensi antara rencana baik dan tindakan. Kelima, meningkatkan kualitas diri dengan mempelajari kelemahan-kelemahan diri.
Marilah kita benahi akhlak kita semua. Marilah kita berakhlak sebagaimana akhlak Nabi Muhammad Saw. Hanya dengan cara ini rajutan ukhuwah islamiyah yang terkoyak bisa kita dirajut kembali. Mustahil terbina ukhuwah islamiyah yang solid jika kita masih menggunting dalam lipatan, menikam teman seiring, menyebut kelompok lain kurang islami atau bahkan kafir, emosinal dan sifat buruk lainnya. Marilah kita wujudkan cita kepada Rasulullah dalam amal dan perbuatan, tidak hanya terucap di bibir saja.
Wallahu a’lamu bis shawab. Penulis adalah Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) dan Ketua Dewan Direktur CMM.
SUMBER :http://opzaney.wordpress.com/2007/06/06/membenahi-moral-bangsa-meneladani-akhlak-rasulullah-saw
Pee Wee Gaskins,,, Emm klo denger nama itu kayaknya udah gag asing lage kan?! Band yang di gawangi Dochi- gitar/vokal,, SanSan-gitar/ vokal,, Omo-synthesizer,, Aldy-Drum,, terakhir Eye-Bass...... Sudah banyak memikat hati para pendengarnya dengan alunan lagu yang Fun & Cool abiz... Sentuhan synthesizer sangatlah pas dgn Aliran yang mereka usung.... nie salah satu lirik lagunya.. Maaf apabila terjadi kesalahan...
Lirik Pee Wee Gaskins - Dibalik Hari Esok intro: A E/G# F#m E 2x
A E/G# matahari jangan kau berpaling F#m E biarkanlah terang kembali mengisi hariku
A E/G# biarkan berhenti dan putar kembali F#m tak akan bisa kau ambil jantung ini E berhenti berdetak sampai kau di sini D E D kembali E D E D putar waktu kembali
[chorus] A Kunyalakan tv dan tenggelam ku dilayar kaca E Membawaku kembali pada waktu itu A Ciuman pertama yang kau rasa E Semua berlalu tanpa terasa F#m Tak akan semua kembali seperti E Sedia kala disaat semua biasa saja Membawamu kembali disampingku Membawaku pergi bersama mu 2x [intro] D E D E
A E/G# Dan pastikan Tak akan kembali F#m Tak akan bisa kau ambil jantung ini E Berhenti berdetak sampai kau disini D kembali D Putar waktu kembali
back to [chorus]
A E F#m E F#m-E-D D E F#m E D
D E Aku disini inginkan canda dan tawa F#m D Teriak lepaskan beban terdalam D E Aku disini inginkan canda dan tawa F#m D Teriak lepaskan beban terdalam 2x
Seorang Mahasiswa perguruan tinggi swasta bidang IT di bandung yang sedang menjalani sisa hidupnya. .
karakter agak sedikit nyeleneh,, gokil,, gag bisa diem orangnya..
berdedikasi dalam cinta Indonesia dan Cinta Ibu tersayang.. LOVE U MOM...